klick

Tuesday, March 20, 2018

Mengusir Jamaah Tabligh

HASIL BAHTSU MASA`IL PENGURUS CABANG NAHDLATUL ‘ULAMA` KABUPATEN JEPARA

MUSHOHHIH
1. KH. Ahmad Kholil (Rois Syuriyah) (Kalinyamatan)
2. KH. Khumaidurrohman (Wakil Rois) (Jepara)
3. KH. Sya'roni (Mustasyar) (Bate Alit)
4. KH. Mahfudz Shidiq (Wakil Rois) (Kedung)
5. KH. Nafi'uddin Hamdan (Wakil Rois) (Welahan)
6. KH. Ubaidillah (Wakil Rois) (Keling)
7. KH. Kami] Ahmad(Wakil Rois) (Kalinyamatan)
8. KH. Muhsin Ali (Wakil Rois) (Kedung)
PERUMUS
1. KH. Kholilurrohman (Ketua LBM) (Tahunan)
2. KH. Imam Abi Jamroh (Wakil Katib Syuriyah) (Tahunan)
3. KH. Mukhlish (Wakil Ketua LBM) (Welahan)
4. KH. Mundziri Jauhari (Wakil Ketua LBM) (Jepara)
5. KH. Hadziq (Anggota LBM) (Welahan)
6. KH. Masduqi Ridlwan (A'wan Syuriyah) (Kedung)
7. KH. Ahmad Roziqin (Katib Syuriyah) (Jepara)
JAMA'AH TABLIGH
Deskripsi Masalah
Sering kita jumpai sekelompok orang (jama'ah) yang singgah di masjid-masjid ataupun musholla. Sebagian masyarakat menyebutnya Jama'ah Tabligh, Khuruj, Jaulah, Jama'ah Kompor, Jama'ah Jenggot dan lain-lain. Di satu tempat mereka diterima dengan baik, dihormati dan dimuliakan seperti lazimnya menerima dan menghormati tamu, namun di tempat yang lain ada yang menolak untuk singgah di masjid mereka, bahkan diusir dan dihina dengan dalih kecurigaan "jangan-jangan mereka kelompok teroris" atau "membawa agama baru" atau "akidahnya menyimpang" atau "tidak sama dengan kita" dan Iain-lain.
Pertanyaan :
a. Bagaimana hukumnya menerima dan mempersilahkan mereka ketika singgah dan bertamu di masjid kita?
b. Bagaimana hukumnya menolak dan mengusir mereka dengan berbagai alasan di atas?

[17/3 11:07] Hamzah: Jawaban :
A. Hukum menerima dan mempersilakan mereka ketika singah dan bertamu di masjid kita adalah sunnah selama mereka benar-benar memegang teguh ajaran-ajaran Al-Qur'an dan As-Sunnah ala Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

Referensi:
1. Al-Majalisus Saniyyah, hal. 45
2. Tafsir As-Showy, Juz 3, hal. 120
وعبارته:
1. المجالس السنية ص 45 ما نصه:
(قوله صلى الله عليه وسلم: "ومن كان يؤمن بالله واليوم الأخر فليكرم ضيفه") أى لأنه من أخلاق الأنبياء والصالحين وآداب الإسلام....إلى أن قال وقد أوجب الضيافة ليلة واحدة أبو الليث بن سعيد رضي الله عنه عملا بقوله صلى الله عليه وسلم: "الضيف حق واجب على كل مسلم". وحمله عامة الفقهاء على الندب وإنها من مكارم الأخلاق ومحاسن الدين.
Artinya:
“Sabda Nabi Shallahu ‘alahi wa sallam: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah memuliakan tamunya!” yaitu: karena memuliakan tamu merupakan akhlak para Nabi dan orang shalih serta etika Islam....sampai komentarnya..Abu Al-Laits bin Sa’id telah mewajibkan menjamu tamu sehari semalam karena mengamalkan hadits Nabi Shallahu ‘alahi wa sallam: “Malamnya tamu itu wajib bagi tiap muslim”. Sedangkan para pakar fikih umumnya mengartikannya sebagai sunah. Menjamu tamu merupakan termasuk akhlak mulia dan kebaikan agama.

2. تفسير الصاوي ج3 ص120 دار الفكر ما نصه:
قوله تعالى: (سواء العاكف فيه).... إلى قوله.... والمعنى أن المقيم في المسجد والطارئ سواء في النزول به فمن سبق إلى مكان فيه فهو حقه لايقيمه منه غيره.

Artinya:
Firman Allah Ta’ala: “Baik yang bermukim di situ (Masjid Al-Haram)” (QS.Al-Hajj:25) sampai penjelasannya, pengertiannya yaitu seorang yang mukim di masjid dan yang datang di sana, sama dalam masalah singgah di sana, barangsiapa lebih dulu menempati suatu tempat maka itu adalah haknya, dan orang lain tidak boleh mengusirnya.”
B. Hukum menolak dan mengusir mereka dengan berbagai alasan di atas tidak dibenarkan (tidak boleh) selama mereka tidak menyimpang dari ajaran Al-Qur'an dan As-Sunnah ala Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Referensi:

1. Tafsir Ash-Showy Juz 1 hal 80
2. An Nurul Burhani hal 55

وعبارته:
1. تفسير الصاوي ج1 ص 80 ما نصه:
(ومن أظلم) أى لآأحد أظلم (ممن منع مساجد الله أن يذكر فيها اسمه) بالصلاة والتسبيح. (قوله ممن منع)....إلى أن قال .... التقدير لا أحد أظلم ممن منع مساجد الله من ذكر اسمه فيها. والمنع إما بغلقها أو تعطيل الناس عنها أو تخريبها أو أكل ريعها أو التفريط في حقوقها. والعبرة بعموم اللفظ لا بخصوص السبب.

Artinya:
Firman Allah (“Dan siapakah yang lebih aniaya”) artinya tidak ada yang lebih aniaya (daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya”), dengan shalat dan bacaan tasbih. Firman-Nya: Daripada orang yang menghalang-halangi, ....sampai perkataannya...pengertiannya tidak ada yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi dzikir menyebut asma Allah di masjid-masjidNya. Tindakan menghalangi itu adakalanya dengan menguncinya, mengosongkan dari orang yang memakmurkannya, merobohkannya, memakan pendapatannya atau ceroboh dalam menunaikan hak-haknya. Yang dipandang adalah umumnya lafal bukan sebab yang khusus.

2. النور البرهاني ص55 ما نصه:
وكان يقول: إياكم أن تحبوا أحدا أو تكرهوه إلا بعد عرض أفعاله على الكتاب والسنة كي لاتحبوه بالهوى وتبغضوه بالهوى.

Artinya:
Asy-Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani Rahmatullahi ‘alahi berkata: “Hindarilah mencintai seseorang atau membencinya, kecuali setelah menimbang perbuatannya dengan Kitabullah dan sunah, agar kalian tidak mencintai atau membencinya karena hawa nafsu!”

dari link  https://web.facebook.com/groups/1093701387359232/permalink/1768256413237056/

Newer Post Older Post Home